by: Sapardi Djoko Damono
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Puisi yang dikutip sebagai penutup tulisan tentang penulisnya --Sapardi Djoko Damono -- di Kompas Minggu edisi Minggu, 23 Maret 2008, amat menyentuh hatiku. Mudah2an penulisnya gak keberatan aku share puisi ini di blogku ini.
AKU INGIN
Sekali Lagi WS Rendra
Gara-gara kemarin menemukan (lagi) puisi WS Rendra yang berjudul "Kesaksian", aku jadi tergugah untuk membongkar diary-diary lawasku. Aku ingat, di halaman belakang salah satu diary itu, aku catat puisi WS Rendra lainnya yang aku suka banget. Kakakku bilang, aku menyukainya karena puisi ini mencerminkan 'semangat perlawanan' ku.
Ini dia si puisi:
SAJAK ORANG KEPANASAN
by: WS Rendra
karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu .....
karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan .....
maka kita bukan sekutu
karena kami kucel
dan kamu gemerlapan .....
karena kami sumpeg
dan kamu mengunci pintu .....
maka kami mencurigaimu
karena kami terlantar di jalan
dan kamu memiliki semua keteduhan .....
karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar .....
maka kami tidak menyukaimu
karena kami dibungkam
dan kamu nrocos bicara .....
karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan .....
maka kami bilang TIDAK kepadamu
karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana .....
karena kami cuma bersandal
dan kamu bebas memakai senapan .....
karena kami harus sopan
dan kamu punya penjara .....
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu
karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu
KESAKSIAN
K E S A K S I A N
by: WS Rendra
Aku mendengar suara
Jerit hewan yang terluka
Ada orang memanah rembulan
Ada anak burung terjatuh dari sarangnya
Orang-orang harus dibangunkan
Kesaksian harus diberikan
Agar kehidupan bisa terjaga
Suatu hari ketika usiaku masih 10 tahun, aku baca puisi ini di salah satu agenda usang pamanku yang nyaris dibuang. Sejak itu baris-baris demi baris puisi ini gakpernah luput dari ingatanku. *eh* kecuali baris "orang-orang harus dibangunkan" .. yang sumpah..aku lupa... kemarin ketika browsing, gak sengaja menemukan puisi ini secara utuh.. seneng banget.