Thursday, September 18, 2008

AKU INGIN

by: Sapardi Djoko Damono

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada



Puisi yang dikutip sebagai penutup tulisan tentang penulisnya --Sapardi Djoko Damono -- di Kompas Minggu edisi Minggu, 23 Maret 2008, amat menyentuh hatiku. Mudah2an penulisnya gak keberatan aku share puisi ini di blogku ini.

Sekali Lagi WS Rendra

Gara-gara kemarin menemukan (lagi) puisi WS Rendra yang berjudul "Kesaksian", aku jadi tergugah untuk membongkar diary-diary lawasku. Aku ingat, di halaman belakang salah satu diary itu, aku catat puisi WS Rendra lainnya yang aku suka banget. Kakakku bilang, aku menyukainya karena puisi ini mencerminkan 'semangat perlawanan' ku. ihikhik
Ini dia si puisi:



SAJAK ORANG KEPANASAN
by: WS Rendra

karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu .....
karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan .....
maka kita bukan sekutu

karena kami kucel
dan kamu gemerlapan .....
karena kami sumpeg
dan kamu mengunci pintu .....
maka kami mencurigaimu

karena kami terlantar di jalan
dan kamu memiliki semua keteduhan .....
karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar .....
maka kami tidak menyukaimu

karena kami dibungkam
dan kamu nrocos bicara .....
karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan .....
maka kami bilang TIDAK kepadamu

karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana .....
karena kami cuma bersandal
dan kamu bebas memakai senapan .....
karena kami harus sopan
dan kamu punya penjara .....
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu

karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu

Wednesday, September 17, 2008

KESAKSIAN

K E S A K S I A N
by: WS Rendra

Aku mendengar suara
Jerit hewan yang terluka
Ada orang memanah rembulan
Ada anak burung terjatuh dari sarangnya
Orang-orang harus dibangunkan
Kesaksian harus diberikan
Agar kehidupan bisa terjaga



Suatu hari ketika usiaku masih 10 tahun, aku baca puisi ini di salah satu agenda usang pamanku yang nyaris dibuang. Sejak itu baris-baris demi baris puisi ini gakpernah luput dari ingatanku. *eh* kecuali baris "orang-orang harus dibangunkan" .. yang sumpah..aku lupa... kemarin ketika browsing, gak sengaja menemukan puisi ini secara utuh.. seneng banget.