Thursday, April 30, 2009

MANA AKU KENAL RAKYAT ITU

Siapa itu rakyat? Dimana alamat mukim mereka, bagaimana potret
nafkah mereka, tunjukkan konfigurasi kesehatan mereka,
tolong perjelas status mutakhir demografi sesungguhnya.


Karena itu di masa puncak kelaparan saya dengan ringan bisa makan
di pesta perkawinan yang satu porsi tagihan lima puluh ribu
rupiahnya, setara untuk mengisi perut 50 orang miskin
perkotaan dan pedesaan,dengan musik Kopi Dangdut
bising memecah gendang telinga.


Siapa itu rakyat? Kalau tak silap rakyat adalah kumpulan selugu-lugu
wajah, gampang dibariskan, mudah dicatat sebagai
deretan angka, menerima saja dihujani sejuta kata-kata
dengan perangai tak banyak tingkahnya,


Karena itu di waktu satu bangsa ditebas sengsara saya enteng-enteng
saja melahap aging bulat smorgasbord Skandinavia dan
rijstafel HIndia Belanda seporsi seratus rupiahnya,
setara untuk melepaskan pedih lambung sekali makan 100
orang miskin kota dan desa, sementara daun telingaku
di acara ulang tahun itu bagai dipijat-pijat lagu Kukuruku
Amerika Latin yang merdu itu


Siapa itu rakyat? Di mana kawasan geogradi mereka, bagaimana lapisan
asli populasi mereka, peragakan patologi pencernaan mereka,
lalu perinci naik-turun tensi rohani orang-orang itu yang sesungguhnya.


Sebagai penimbang rasa betapa saya luar biasa pendusta




Taufiq Ismail
1998




Syair ini rasanya cocok jika melihat tingkah polah para politisi Indonesia pasca Pemilu Indonesia 2 April 2009 yang lalu. Semua berkata semua langkah yang diambil adalah bagi kepentingan rakyat, kesejahteraan rakyat.
Benarkah?
Jangan-jangan, persis seperti puisi diatas, sesungguhnya mereka "paham benar":
Siapa Rakyat Itu.

Semoga Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009 untuk pemilihan Presiden dan Wakil Presidenakan berlangsung aman, tentram, dan damai.

Monday, April 20, 2009

KOTAK SUARA



Di sebuah kerajaan dilangsungkan pemilihan
Di sebuah pemilihan dilakukan penghitungan
Di sebuah penghitungan berlangsung keajaiban
Di sebuah keajaiban semua mata ditutupkan

Berbagai ilmu diterapakan mentabulasinya
Matematika, statistika dan retorika
Berbagai aplikasi adalah bukti sofistikasi
Komputerisasi, telekomunikasi dan stikrisasi

Inilah kisah tentang sebuah pohon misteri

Di akarnya ada angka sejuta
naik ke batang jadi setengah juta
terus ke ranting jadi seratus ribu
sampai ke puncak tinggal seribu saja
Ajaib, ke mana menguap itu angka

Di akarnya ada angka seribu
naik ke batang jadi seribu
terus ke ranting jadi setengah juta
sampai di puncak jadi sejuta
Ajaib, angka-angka beranaknya luar biasa

Di dalam kotak suara
Angka-angka saling bertanya asal-usul satu dan lainnya
Mereka berselisih pendapat, dan berkelahi semuanya
Angka-angka sikut-menyikut, pukul-memukul,
Angka-angka tampar-menampar, gebuk-menggebuk

Mereka berkelahi berhari-hari
Kotak itu bergoyang ke kanan dan ke kiri
Angka-angka capek, tergeletak kini

Inilah kisah berikutanya tentang mereka yang mengembara

Pada suatu malam ketika bulan tiada
Serombongan angka menyelinap keluar kotak suara
Memanjat lewat celah, tergelincir jatuh bersama
Terpisah-pisah mereka bertualang mengembara

Sebuah angka berenang di Laut Jawa
Menyeberang ke arah tua
Mudik di sungai naik ke tepioan masuk ke hutan
Sebuah anga menempel di kapal sampai Selat Malaka
Masuk sungai naik ke tepian masuk ke hutan
Di musim kemarau panjang jadi api kecil dia menjelma
Di musim kering dia menyulut rimba menyala-nyala
Memanggang hutan Kalimantan dan Sumatera
Berjuta hektar mereka bakar
Berbulan-bulan lamanya
Abu jerebu terbang ke mana-mana

Ada angka temannya, sendirian dia mengembara
Kawah gunung berapi dimasukinya
Gunung itu dibujuknya agara mengguncang gempa
Gunung itu diarahkannya agar meledakkan api menyala
Gunung pun meletus, bumi berguncang
Desa-desa hangus terpanggang

Ada angka lainnya terbang ke awan, turun sebagai hujan
Masuk ke sungai menghilir dan jadi banjir
Banjir itu melongsorkan pertebingan, mematahkan jembatan
Menutup persawahan, menghanyutkan pergubukan
Dan menggasak perkotaan

Lalu angka lainnya masuk lokomotip,
dan kereta api itu dahsyat tabrakan
Masuk kapal penumpang besar,
maka kapal itu tenggelam
Masuk kapal terbang
dan kapal terbang itu terjun hilang ke persungaian

Ada angka yang berbakat penuh sebagai pembunuh
Dia merengsek alat kelamin dan masuk tombak nyamuk yang
menungging, menabur dua penyakit yang mengejek sains tanpa
kesembuhan, menyebar belalang berjuta bagaimana menghalaunya

Ada angka yang masuk peluru runcing bermesiu. Siapa itu penembak tepat mengintip teleskop dan memetik nyawa anak muda itu. Huru-hara merobohkan ribuan bangunan dan memuingkan ratusan kendaraan, memantik api yang memanggangkan ratusan orang di lantai atas pusat perbelanjaan, dan menyerakkan barang jarahan.

Di kotak suara, angka-angka yang ditinggal teman mengembara saling bertanya, "Hei, ke mana saja kawan-kawan kita itu pergi, ya?"

Mereka memanjat dan berjatuhan ke luar kotak
Ketika di kakilangit api dan asap masih nampak marak,


Taufiq Ismail
1998

posted by: Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009

BAGAIMANA KALAU



Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam,
tapi buah alpukat,


Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,


Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah,

dan kepada Koes Plus kita beri mandat,


Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi,

dan ibukota Indonesia Monaco,


Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas,
salju turun di Gunung Sahari,


Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo,
Ali Sadikin
dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,

Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia
,
dibayar dengan pementasan Rendra
,

Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi,

dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,

Bagaimana kalau akustik dunia jadi demikian sempurnanya sehingga di
kamar tidur kau sampai deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki

pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi serta suara-suara

percintaan anak muda, juga bunyi industri presisi dan

margasatwa Afrika,


Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil
mempertimbangkan protes itu
,

Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita
pelihara ternak sebagai pengganti,

Bagaimana kalau sampai waktunya kita tidak perlu bertanya bagaimana

lagi



Taufiq Ismail
1971

Sumber:

Malu (aku) Jadi Orang Indonesia

Seratus Puisi Taufiq Ismail



posted by : Kampanye Damai Pemilu Indonesia 2009

Wednesday, April 8, 2009

Di Restoran



Kita berdua saja, duduk.
Aku memesan ilalang panjang dan bunga rumput --

kau entah memesan apa.

Aku memesan batu di tengah sungai terjal yang deras --

kau entah memesan apa.
Tapi kita berdua saja, duduk.
Aku memesan rasa sakit
yang tak putus dan nyaring lengkingnya,
memesan rasa lapar yang asing itu.


PS:
aku memilih kamu,
kau entah memilih siapa
*emangnya Pemilu :P*